Kebun Pangan Berbasis Perempuan Bisa Jadi Model Ekonomi Inovatif

Selasa, 04 November 2025 | 13:34:24 WIB
Kebun Pangan Berbasis Perempuan Bisa Jadi Model Ekonomi Inovatif

JAKARTA - Wakil Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Veronica Tan, menekankan peran perempuan sebagai motor penggerak ekonomi melalui kebun pangan komunitas.

Model ini diusulkan sebagai salah satu solusi untuk memperkuat ekonomi masyarakat sekaligus mendorong percepatan kesetaraan gender di wilayah terpencil. Veronica menjelaskan bahwa perempuan dapat menjadi aktor utama dalam rantai pasok pangan lokal, sehingga tercipta peluang ekonomi yang berkelanjutan di tingkat desa.

Kebun Komunitas di NTT Sebagai Contoh Nyata

Kebun komunitas yang diterapkan di Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur (NTT), telah berhasil memproduksi jagung, umbi, dan labu dengan nilai gizi tinggi. Selain menyediakan bahan pangan bergizi untuk masyarakat, kebun ini juga menjadi sumber penghidupan bagi perempuan lokal. 

Veronica menegaskan, “Melalui kebun komunitas, kita bisa menciptakan supply chain baru di mana perempuan menjadi aktor utama.” Hal ini menunjukkan bahwa model ini tidak sekadar memberikan bantuan, melainkan menciptakan ekonomi lokal yang mandiri dan produktif.

Peluncuran Kebun Pangan Perempuan dan Kolaborasi Multi Pihak

Kementerian PPPA meluncurkan program Kebun Pangan Perempuan perdana di Desa Turetogo, Kabupaten Ngada, bekerja sama dengan Yayasan Bambu Lingkungan Lestari (YBLL) dan melibatkan kelompok perempuan dari tujuh kabupaten di Flores. 

Produk dari kebun ini kini disalurkan ke Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Program Makan Bergizi Gratis. Setiap piring makanan dihargai Rp15 ribu, memberikan penghasilan langsung kepada perempuan petani lokal. Veronica menekankan, “Ini bukan bantuan, tapi ekonomi berkelanjutan. Model ini bisa menjadi contoh ekonomi sosial baru yang berpihak pada perempuan dan ramah lingkungan.”

Kolaborasi Lintas Kementerian untuk Mendukung Infrastruktur

Veronica Tan menekankan pentingnya kerja sama lintas kementerian, seperti Badan Gizi Nasional (BGN), Kementerian Pertanian, Kementerian Keuangan, Kementerian Desa, dan Kementerian Pekerjaan Umum, untuk mendukung kebutuhan infrastruktur, air, dan pembiayaan program kebun pangan. Kolaborasi ini diperlukan agar program berjalan optimal dan memberikan dampak ekonomi yang nyata bagi perempuan desa.

Pelatihan dan Pemberdayaan Berbasis Pengetahuan

Selain menyediakan lahan dan fasilitas, program ini menekankan edukasi dan keterampilan bagi perempuan. Veronica menjelaskan, perempuan diajarkan cara bertani, mengelola maggot, membuat pupuk organik, hingga membangun dapur berbasis bahan lokal seperti bambu. Pendekatan ini bertujuan untuk membekali perempuan dengan keterampilan praktis yang dapat meningkatkan produktivitas, mandiri, dan memberikan dampak positif jangka panjang bagi komunitas.

Sistem Pentaheliks untuk Penguatan Ekonomi Lokal

Program kebun pangan perempuan menekankan koordinasi pentaheliks, yang melibatkan pemerintah, desa, akademisi, komunitas, dunia usaha, dan media. Perempuan ditempatkan sebagai penggerak utama ekonomi pangan keluarga, dengan pemanfaatan pangan lokal dan edukasi gizi anak berbasis konsumsi segar dari kebun. Pendekatan ini memungkinkan replikasi program secara berkelanjutan melalui materi sederhana dan platform belajar komunitas, sehingga program dapat diperluas ke desa-desa lain secara efektif.

Mendorong Kemandirian dan Kesetaraan Gender

Veronica optimistis bahwa sistem kebun komunitas ini akan meningkatkan kemandirian perempuan, serta mengakui mereka sebagai pelaku ekonomi produktif di tingkat desa. Dengan menjadi bagian dari supply chain pangan lokal, perempuan dapat memperoleh penghasilan, meningkatkan keterampilan, serta memiliki peran strategis dalam pengambilan keputusan ekonomi dan sosial di komunitas mereka.

Peluang Ekonomi Berkelanjutan dari Pangan Lokal

Model kebun pangan perempuan ini menunjukkan bahwa pemanfaatan sumber daya lokal dapat menjadi dasar ekonomi berkelanjutan. Produk pangan yang dihasilkan tidak hanya memenuhi kebutuhan gizi masyarakat, tetapi juga menciptakan nilai tambah ekonomi bagi perempuan dan komunitas. Hal ini menjadi alternatif model pembangunan desa yang ramah lingkungan dan berbasis ekonomi sosial, di mana perempuan memegang peran sentral.

Mendorong Replikasi dan Dampak Lebih Luas

Dengan keberhasilan di Kabupaten Ngada, program ini memiliki potensi untuk direplikasi di berbagai daerah lain. Integrasi edukasi, pelatihan, distribusi pangan, dan penguatan jejaring bisnis lokal dapat menciptakan ekosistem ekonomi baru yang berpihak pada perempuan. Veronica berharap inisiatif ini dapat menjadi inspirasi bagi desa-desa lain untuk mengembangkan model serupa, yang menggabungkan pemberdayaan perempuan, ekonomi berkelanjutan, dan penguatan ketahanan pangan.

Model Ekonomi Baru Berbasis Perempuan

Kebun pangan perempuan bukan sekadar proyek sosial, tetapi juga model ekonomi inovatif yang memadukan pemberdayaan, gizi, dan kelestarian lingkungan. Dengan dukungan pemerintah, akademisi, komunitas, dan sektor swasta, perempuan dapat menjadi motor penggerak ekonomi lokal. Program ini menjadi contoh konkret bagaimana pemberdayaan perempuan dapat menciptakan dampak sosial-ekonomi yang luas, berkelanjutan, dan menginspirasi pengembangan ekonomi desa di masa depan.

Terkini