JAKARTA - Peringatan Hari Sumpah Pemuda selalu menjadi momen istimewa bagi bangsa Indonesia, terutama bagi generasi muda yang menjadi pewaris cita-cita pendiri negeri.
Di peringatan tahun ini, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk kembali meneguhkan kebanggaan terhadap bahasa Indonesia serta bersama-sama memajukannya di tingkat global.
“Mari kita bersama-sama, khususnya generasi muda, untuk meningkatkan dan memperkuat semangat ke-Indonesiaan karena dengan semangat itu kita bisa bersama-sama menjadi Indonesia sebagaimana ditetapkan oleh para pendiri bangsa,” ujar Abdul Mu’ti.
Menurutnya, peringatan Sumpah Pemuda bukan sekadar kegiatan seremonial tahunan, tetapi momen reflektif untuk memperkuat identitas dan persatuan nasional. Semangat yang terkandung dalam ikrar “satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa” menjadi fondasi bagi Indonesia dalam menjaga keutuhan di tengah keragaman.
Bahasa Indonesia Sebagai Perekat Persatuan Bangsa
Abdul Mu’ti menegaskan bahwa bahasa Indonesia memiliki peran besar dalam menyatukan bangsa. Ia mengingatkan bahwa bahasa ini diperjuangkan dengan semangat dan kesadaran tinggi oleh para pemuda pada tahun 1928, jauh sebelum kemerdekaan diraih.
“Tentu sesuai dengan pesan Sumpah Pemuda, kita perlu memperkuat persatuan sebagai satu tanah air, Tanah Air Indonesia, kemudian satu bangsa, Bangsa Indonesia, dan menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia,” paparnya.
Lebih lanjut, Mendikdasmen menilai bahwa menjaga dan mengembangkan bahasa Indonesia bukan hanya tanggung jawab lembaga pendidikan atau pemerintah, tetapi juga seluruh elemen masyarakat. Dalam konteks globalisasi, bahasa Indonesia perlu dipromosikan secara aktif agar semakin dikenal dunia.
Ia berharap generasi muda dapat menjadi pelopor dalam memperluas penggunaan bahasa Indonesia, tidak hanya di ruang pendidikan tetapi juga di ruang digital, media sosial, serta dunia kreatif.
Kebijakan Bahasa Nasional dan Penguatan Identitas Budaya
Abdul Mu’ti juga menjelaskan bahwa Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah telah memiliki kebijakan bahasa yang berpihak pada penguatan identitas nasional. Salah satunya melalui program “Bangga, Mahir, dan Maju dengan Bahasa Indonesia”, yang mendorong masyarakat untuk mencintai, menguasai, dan menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar di berbagai ranah kehidupan.
Selain itu, terdapat kebijakan Trigatra Bahasa yang menjadi pedoman utama dalam pengembangan kebahasaan nasional. “Kita utamakan bahasa Indonesia, kita lestarikan bahasa daerah, dan kita kuasai bahasa asing. Dengan Sumpah Pemuda ini, kita memperkuat ketiganya,” jelasnya.
Kebijakan tersebut, lanjutnya, merupakan bentuk keseimbangan antara pelestarian identitas lokal dan keterbukaan terhadap dunia internasional. Bahasa daerah tetap dijaga sebagai warisan budaya yang memperkaya keragaman Indonesia, sementara penguasaan bahasa asing menjadi jembatan untuk berkompetisi di tingkat global.
Dalam konteks pendidikan, program kebahasaan ini juga diarahkan agar siswa dan mahasiswa mampu menulis, berbicara, dan berpikir secara kritis dalam bahasa Indonesia, sekaligus tetap menghargai kearifan lokal dan budaya daerahnya masing-masing.
Semangat Sumpah Pemuda untuk Generasi Penerus Bangsa
Setiap 28 Oktober, bangsa Indonesia memperingati Hari Sumpah Pemuda, sebuah tonggak sejarah yang lahir dari tekad generasi muda untuk bersatu dalam satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa. Peringatan tahun 2025 yang mengusung tema “Pemuda Pemudi Bergerak, Indonesia Bersatu” menjadi momentum penting untuk menegaskan kembali bahwa semangat persatuan itu masih relevan hingga kini.
Abdul Mu’ti menekankan, tema tersebut adalah ajakan agar generasi muda tidak berhenti bergerak, berinovasi, dan berkontribusi bagi bangsa. “Semangat ke-Indonesiaan harus diwujudkan dalam tindakan nyata, baik di bidang pendidikan, kebudayaan, teknologi, maupun sosial,” ucapnya.
Ia menilai, tantangan generasi muda saat ini berbeda dari masa perjuangan fisik para pemuda tahun 1928. Namun semangatnya harus tetap sama—yakni semangat untuk bersatu, berbuat, dan membawa Indonesia menjadi bangsa yang maju.
“Generasi muda adalah penggerak perubahan. Dengan semangat kebersamaan, kita dapat menjadikan Indonesia semakin kuat, bermartabat, dan diakui dunia,” tambahnya.
Dalam kesempatan tersebut, Abdul Mu’ti juga mengajak masyarakat menjadikan peringatan Sumpah Pemuda sebagai refleksi untuk memperkuat rasa cinta tanah air dan menghargai perjuangan para pendiri bangsa. Menurutnya, di tengah tantangan era digital dan globalisasi, nilai-nilai nasionalisme tidak boleh pudar.
Meneguhkan Bahasa Indonesia di Era Modern
Peringatan Sumpah Pemuda tahun ini bukan hanya mengenang sejarah, tetapi juga menegaskan arah masa depan bangsa. Bahasa Indonesia, sebagai simbol persatuan, perlu terus dijaga dan dimajukan agar tetap relevan di tengah kemajuan teknologi dan perubahan zaman.
Abdul Mu’ti percaya bahwa kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh seberapa besar warganya mencintai dan menggunakan bahasanya sendiri. Karena itu, pemerintah berkomitmen menjadikan bahasa Indonesia tidak hanya sebagai alat komunikasi nasional, tetapi juga sebagai identitas global bangsa Indonesia.
“Bahasa Indonesia harus menjadi kebanggaan dan ciri khas bangsa kita di dunia internasional. Kita perlu memperkenalkannya di berbagai forum global agar bahasa kita semakin dikenal dan dihargai,” tutur Mendikdasmen.
Ia pun menutup pesannya dengan ajakan sederhana namun bermakna: menjadikan Sumpah Pemuda sebagai pengingat bahwa bahasa Indonesia adalah bagian tak terpisahkan dari jati diri bangsa. Melalui bahasa, Indonesia bisa bersatu, maju, dan dikenal di seluruh dunia.